SUBSCRIBE

Home » » Garisan Takdir

Garisan Takdir



Setiap orang mempunyai garis kehidupan yang berbeda. Terkadang kita berusaha berbuat sesuatu yang baik namun orang lain menanggapi berbeda. Kita harus percaya dengan adanya karma phala. Sesuatu yang kita perbuat hari ini, belum tentu langsung kita nikmati sekarang, bisa jadi kita nikmati dikehidupan mendatang. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang kita alami saat ini merupakan karma yang harus kita terima, kemungkinan karena kehidupan kita dimasa lalu.
Bermula dari kepasrahan menerima takdir dari yang maha kuasa, Pak Dewa Putu Tirta bersama istrinya Desak Ketut Puspawati sekarang tinggal di Br. Cucukan Medahan, Blahbatuh, Gianyar, harus dihadapkan dengan kenyataan hidup yang sangat memperihatinkan. Bagaimana tidak, mereka dikarunia 2 orang puteri dan 1 orang putera. Dari Dua orang puteri yang mereka miliki saat ini, keduanya tidak normal seperti anak seusianya. Putri Pertamanya yang biasa dipanggil Dewa Ayu Ita harus mengalami nasib yang begitu malang. Diusianya saat ini 12 tahun harus tetap meringkuk dirumahnya seorang diri dan terbaring lemah diatas tempat tidur. Dengan mengandalkan makanan dari campuran susu dan SUN, Dewa Ayu Ita memperjuangkan hidupnya.
Mengingat kehidupan harus terus berjalan, maka dengan perasaan berat hati kedua orang tuanya harus meninggalkan puterinya untuk mencari nafkah. Dengan terpaksa Pak Dewa dan istrinya mengunci putrinya ini dikamar seorang diri, setiap kali meninggalkan rumah untuk berjualan di pasar Gianyar. Penghasilan pasangan ini dari berjualan buah di lantai II Pasar Umum Gianyar. Siang hari secara bergantian kedua orang tua ini menjenguk puterinya dan memberinya makan dan minum. Sudah banyak hal yang dilakukan pasangan ini untuk mengobati putrinya sampai akhirnya pasrah menerima takdir dan menjalani kehidupan dengan kesabaran.
Putrinya yang kedua juga mengalami cacat (bisu) dan sekarang sudah disekolahkan di SDLB Gianyar, di Jl. Erlangga Gianyar. Puteranya yang ketiga saja yang menjadikan tumpuan harapan mereka karena satu-satunya yang normal.
Sebagai manusia hendaknya kita mengambil hikmah dari perjalanan hidup pasangan tersebut. Mensyukuri apa yang menjadi panggilan hidup kita, dan tak henti-hentinya berdoa agar anak cucu kita diberikan nikmat yang lebih dari apa yang kita miliki saat ini.
Kami dari manajemen Kopdit Kubu Bingin selalu mendoakan semoga cobaan yang diberikan kepada bapak dan ibu berakhir dalam kebahagiaan dikemudian kelak.(Dewa Ayu Putriani)

Ditulis : Kopdit Kubu Bingin - Menuju Koperasi Terbaik Bali

Terima kasih sudah membaca profil, berita dan aktivitas Koperasi Kredit Kubu Bingin. Kami senang berbagi informasi kepada para anggota dan publik sebagai bentuk keterbukaan di era informasi ini.

Join Us On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Terima kasih atas kunjungan Anda ! ::

0 blogger-facebook:

Posting Komentar

Untuk memperlengkapi blog ini kami perlu kementar anda

GET IN TOUCH