Suatu kasus ada temuan dari atasan (sebut saja SI A) saat pengecekan administrasi absensi, manajer (Sebut SI B) dibeberapa tempat ada yang kurang disiplin (telat datang kekantor). Pada suatu hari SI B ini dipanggil atasan "Kenapa anda datang kekantor sering telat?" SI B ini menjawab : "Saya harus melayani anggota dirumah (disekitar wilayah tempat tinggal saya karena mereka meminta pelayanan saya), "jawabnya lirih". Mengapa harus anda yang melayani, anda kan masih punya bawahan? kenapa anda tidak datang pagi saja kekantor dahulu untuk absensi kemudian mengulang lagi u/ melayani anggota tersebut atau anda bisa menugaskan bawahan anda untuk mengambil tagihan itu? SI B menjawab lagi : anggota minta pelayanan saya dan mereka datang konsultasi kerumah, apakah saya harus meninggalkan mereka dan datang kekantor untuk absen sementara situasinya seperti itu dan kadangkala mereka menitip transaksi karena karyawan tidak bisa melayani mereka karena situasi juga (anggota kerja), pada saat bawahan berkunjung kerumah. Kadangkala Manajer mendapat telepon dadakan dari anggota "agar berkunjung kerumahnya" apakah ia menabung/membayar angsuran pinjaman. Kadang ketemu dijalan bisa terjadi transaksi pembayaran.
Manajer sering dituntut efisensi waktu dan biaya, bagaimana caranya mengatur agar semua berjalan dengan baik.
Manusiawi juga ada anggota yang kritis "hanya mau menabung dan angsur pada manajer" terlepas dari argumentasi mereka tapi inilah realita. Tingkat kepercayaan anggota memang terkadang lebih tinggi kepada manajer daripada ke karyawan (survey dilapangan), kadangkala anggota menabung pada kolektor mereka akan nelpon ke SI B (manajer), apakah uang saya sudah diterima / masuk ?
Secara aturan / mekanisme memang datang telat (kurang disiplin) akan tetapi hendaknya seorang atasan (Pengurus/Pengawas) bisa membaca situasi dilapangan, melihat realita yang ada. Sebagai seorang manajer, kita ingin memberikan yang terbaik untuk lembaga dan anggota. Pelayanan yang prima kepada anggota merupakan nilai jual untuk bersaing dijaman globalisasi. Seorang manajer tidak hanya duduk manis dibalik layar kadang ia juga perlu kelapangan (kros cek tanpa sepengetahuan karyawan untuk mencari informasi) sehingga ia bisa memberikan masukan kepada bawahan tentang hasil kerja mereka dilapangan dan disini manajer akan banyak menerima keluhan dari anggota.
Disinilah peran seorang manajer, pada suatu hari dia bisa sebagai pemimpin dan suatu ketika dia sebagai seorang pelayan. Sangat berbeda peranannya dengan seorang karyawan karena dia seorang pekerja. Seorang manajer, ia memikirkan kelangsungan lembaga, mempertahankan citra dan tanggungjawab.
Apakah dengan datang pagi kekantor terus duduk manis diatas meja disebut seorang manajer yang teladan? Apakah cukup disitu tolak ukur menilai suatu kinerja seorang manajer? Pada saat manajer juga pulang paling akhir pernah diperhitungkan? Pernahkah kinerja manajer diberikan penghargaan? Manajer kerja lembur juga tidak mendapat uang lembur tapi ia tetap melakukan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab.
Kenapa saat ia datang telat terus dipermasalahkan, padahal ia melakukan ini u/ memberikan pelayanan yang terbaik untuk anggota"bukan membela diri". Inilah keluhan yang sering terdengar dari manajer.Bukan berarti manajer "benar 100 %" dengan argumentasinya, tentunya atasan (pengurus/pengawas) melihat riil dilapangan seperti apa.
Memang betul "manajer" harus bisa memberi contoh / teladan yang baik untuk bawahannya (karyawan) sehingga karyawan tidak mengikuti jejaknya (datang kekantor juga telat). Dalam situasi tertentu pasti ada tenggang rasa tapi jika rutinitas sering terlambat itu jelas kurang disiplin. Memang mengungkap "ALASAN" itu pembelaan diri namun seorang atasan juga perlu tahu "Alasan" untuk mengungkap kebenaran sehingga bisa memberikan selusi.
Disinilah dituntut kecerdasan seorang manajer, dia sebagai seorang yang harus memberikan tauladan/contoh yang baik untuk bawahan, disituasi lain ia juga harus menjaga image/citra organisasi/lembaga untuk memberikan pelayanan terbaik kepada anggota dan ia juga nyaman dengan kesehariannya sebagai seorang manajer (bukan beban).Posisi seorang pemimpin memang serba dilematis, ada yang suka gaya kepimpinannya dan ada juga yang tidak puas dengannya. Semakin tinggi kedudukan seseorang bukannya ia semakin dihormati namun secara lahiriah dia paling rendah posisinya (ia melayani semua).
Seorang manajer itu serba "Terjepit" begini salah, begitu salah. Atasan menekan, bawahan menerkam (gosip). Tapi terlepas dari semuanya kita hidup untuk melayani sesama. Pada dasarnya semua akan berjalan baik dan lancar jika ada saling pengertian, memahami satu dengan yang lain, komunikasi yang baik sehingga tidak mudah dipengaruhi / dihasut oleh orang lain yang ingin "mencari keuntungan" dan memecah persaudaraan yang telah kuat.
0 blogger-facebook:
Posting Komentar
Untuk memperlengkapi blog ini kami perlu kementar anda